Wisata Luwak Di LUWAKMAS Kediri
20.21
Saat ini, halaman rumahnya yang luas
bahkan sudah dibangun mini kafe sekaligus kantor pemasaran kopi luwak. Sejumlah
tenda dengan meja kursi portabel disediakan bagi para tamu yang ingin menikmati
secangkir kopi sekaligus menikmati udara segar pedesaan.
Dibawah bendera CV Ivander Bintang Kastara, Hj Yekti mengibarkan
merk “LUWAKMAS” untuk memasarkan kopi luwak produksinya baik berupa biji atau
bubuk dalam kemasan. Tak berhenti disitu, Ia juga mendirikan wisma dan resto
dengan nama yang sama di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri,
letaknya di jalan raya menuju Gunung Kelud.
Setiap akhir pekan, jika Ia sedang tidak berada di luar kota
untuk menjalankan pekerjaan sebagai auditor hotel, Hj Yekti berusaha menyambut
sendiri tamu-tamunya. Berbagai rombongan turis asing yang diangkut bus-bus
operator tour and travel singgah di rumah Hj Yekti untuk melihat langsung
penangkaran luwak sekaligus mencicipi kopi “LUWAKMAS”. Kebanyakan berasal dari
Eropa seperti Jerman, Belanda dan Inggris. Tak sedikit pula yang berasal dari
kawasan Asia seperti China dan Jepang.
Tak hanya melihat kandang-kandang luwak, wisatawan juga diajak
untuk melihat proses produksi mulai dari memberi makan luwak dengan buah kopi
segar, pengambilan feses luwak yang masih dalam bentuk kepalan biji kopi,
pembersihan dan penjemuran feses, proses penyangraian dan penggilingan biji
hingga siap diseduh dalam secangkir kopi.
“Kalau turis dari Eropa kebanyakan hanya menikmati kopi di
tempat, ada yang membeli kopi kemasan tapi sedikit. Beda dengan turis dari Asia
semacam China dan Jepang, mereka biasa membeli banyak untuk oleh-oleh,” ungkap
Hj Yekti.
Untuk menikmati secangkir kopi luwak, wisatawan harus meroboh
kocek Rp 30.000 per cangkir. Sementara untuk membeli kopi luwak bubuk dalam
kemasan stoples dikenakan harga Rp 185.000 per 100 gram, kopi luwak lanang Rp
200.000 per 100 gram, luwak white coffee sachet Rp 160.000, luwak lanang sachet
Rp 225.000, dan berbagai ukuran kemasan lainnya.
Tidak semua hewan luwak bisa dipelihara atau ditangkarkan untuk
menghasilkan biji kopi berkualitas. Hj Yekti hanya memelihara luwak pandan.
Jenis luwak pandan ini dipercaya tidak berbau apek seperti jenis luwak lainnya.
Dalam setahun, “LUWAKMAS” bisa memproduksi satu ton kopi luwak. Kopi produksi “LUWAKMAS” selain dijual kepada turis juga diekspor ke bebarapa negara di Asia
dan Eropa. Hj Yekti mengaku perusahaannya kewalahan untuk memenuhi permintaan
pasar ekspor, karena untuk pasar lokal saja masih belum tergarap semua, jadi
masih ada peluang untuk mengembangkan distribusi. Untuk menikmati secangkir kopi luwak, wisatawan harus meroboh
kocek Rp 30.000 per cangkir. Sementara untuk membeli kopi luwak bubuk dalam
kemasan stoples dikenakan harga Rp 185.000 per 100 gram, kopi luwak lanang Rp
200.000 per 100 gram, luwak white coffee sachet Rp 160.000, luwak lanang sachet
Rp 225.000, dan berbagai ukuran kemasan lainnya.